Rabu, 14 Desember 2016

Makalah Pengaruh Keluarga Miskin Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Anak

BAB I
 PENDAHULUAN

                A. Latar Belakang
             Masalah pembangunan yang masih menghantui bangsa Indonesia saat ini adalah m masalah kemiskinan. Dalam berbagai kasus yang seringkali terjadi, kemiskinan diawali dari kurangnya akses tenaga kerja produktif terhadap lapangan pekerjaan. Di sisi lain, kemiskinan menghambat akses terhadap pemenuhan pendidikan dan kesehatan yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya mutu sumber daya manusia. Menurut darta BPS pada buan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Proses pendidkan dapat terjadi dimana saja. Disekolah, di keluarga, dan masyarakat. Proses pendidikan di sekolah banyak menyita perhatian orangtua, karena pendidkan disekolah tersistematis dengan kurikulum (materi pendidikan) yang telah tersistematisasikan. Bagaimana pendidikan keluarga dan masyarakat? Belum banyak orang yang memperhatikan hal ini. Padahal kedua tempat pendidikan ini memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Bagaimanapun bagusnya sekolah, keluarga masih tetap menjadi pendidikan pertama dan utama bagi anak-anak. Mahmud dkk (2013). Pembangunan pendidikan nasional di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan serius. Pasal 34 UUD 1945 telah menjamin bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara. Ham menyatakan setiap orang berhak atas pendidikan. Demikian juga layanan akses anak usia dini terhadap layanan pendidikan melalui pendidikan anak usia dini ( Paud) menunjukan masih terbatas dan tidak merata. Dari sekitar 28,2 juta anak usia 0-6 tahun, yang memperoleh layanan PAUD adalah baru 7,2 juta (25,3%). Untuk anak usia 5-6 tahun yang jumlahnya sekitar 8,14 juta anak, baru sekitar 2,63 juta anak (atau sekitar 32,36%) yang memperoleh layanan pendidikan di TK. Diantaranya anak-anak yang memperoleh pendidikan PAUD tersebut, pada umumnya berasal dari keluarga mampu didaerah perkotaan. Hal ini sekaligus menunjukan bahwa anak-anak dari keluarga miskin dan anak-anak perdesaan belum memperoleh kesempatan PAUD secara proposional. Anak, keluarga dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap anak akan tumbuh melalui pendidikan keluarga yang berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut akan dapat membuat karakter setiap anak berbeda. Pendidikan dalam pembentukan keluarga memberikan peran besar dalam prilaku dan perkembangan seorang anak hingga dewasa, oleh karena itu orang tua sebagai bagian yang sangat penting dalam keluarga dan kehidupan seorang anak tentunya harus memperhatikan karakter, perilaku, sifat dan kebutuhan mereka. Bentuk pengajaran dari orang tua akan berfungsi mengoptimalkan perkembangan anak hingga dewasa. Selain itu, orang tua yang mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memberikan stimulasi optomal akan membuat aspek perkembangan anak berkembang dengan baik. Di Indonesia masih sangat kurangnya sarana pendidikan yang memadai dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kehadiran sarana pendidikan kelompok bermain bagi anak-anak usia dini belum dapat menyentuh masyarakat ekonomi lemah, Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah peranan yang sangat penting bagi lingkungan pertama dalam pendidikan anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan keluarga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang utama karena sebagian besar hidup anak berada dalam keluarga, maka pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga 

B. Rumusan Masalah
  •    Apa pengertian Keluarga            
  •  . Bagaimana masalah keluarga.
  •    Bagaimana Analisis Perkembangan dan
  •    Pendidikan anak dalam   keluarga  miskin.
  •    Bagaimana strategi optimalisasi dalam keluarga.

C. Tujuan Makalah ini disusun untuk:
  • Menganalisis masalah yang terjadi dalam keluarga, pendidikananakdalam keluarga, dan  perkembangan anak usia din
  • Menganalisis pengaruh masalah keluarga terhadap pendidikan anak dalam keluarga
  • Menganalisis pengaruh masalah keluarga dan pendidikan anak dalam keluarga terhadap perkembangan anak

BAB II
PEMBAHASAN 

                   I. Keluarga

                                 A. Definisi Keluarga
          Keluarga dapat dipandang sebagai lingkungan terdekat satu aspek ekologi . Dapat juga dipandang sebagai suatu sistem. Suatu hal atau gejala yang disebut sistem jika terjadi dari elemen-elemen, dan antar elemen tersebut terrdapat jalinan hubungan yang sangat dekat , serta tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Elemen-elemen tersebut berbeda-beda, simbol-simbol (didalam matemetika misalnya), ide-ide, aturan-aturan atau manusia. Menurut Drs. J.B.AF. Mayor Polak mengatakan : keluarga merupakan lembaga sosial amat penting untuk kepribadian orang.21 Karena keluarga adalah merupakan ajang dimana sifat-sifat kepribadian anak terbentu mula pertama, maka dapatlah dengan tegas dikatakan bahwa keluarga adalah alam pendidikan pertama. Islam juga memandang keluarga adalah sebagai lingkungan pertama atau miliu bagi individu dimana ia berinteraksi atau memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar dari kepribadian Suatu sisitem hanya mempunyaai arti dan bisa berfungsi jika bila tetap dalam kesatuan. Suatu sistem biasanya bersifat dinamis. Demikian halnya dengan keluarga. Dalam suatu keluarga ada ayah, ibu, anak-anak. Satu dan yang lainnya mempunyai hubungan yang berfifat khusus atau unik. Hubungan-hubungan tersebut tidak selalu bersifat positif tetapi bisa saja bersifat negatif. Hubungan itu juga bersifat kukuh dan stabil, tetapi tidak statis. Karena keluarga berkembang terus, bahkan mungkin berubah, tetapi tidak mengubah sistem. Dinamika perkembangan itu tentu demi penyesusiannya dengan lingkungan atau demi hubungan dengan sistem lain. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari segi dimensi hubungan darah dan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini keluarga dapat dibedakan keluargga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun di antara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluagra berdasarkan dimensi hubungan sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga pedagogis. Dr.Moh.Shochib (2000). Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari subsistem yang berhubungan saling mempengaruhi satu sama lain. Subsistem dalam keluarga adalah fungsi-fungsi hubungan antar anggota yang ada dalam keluarga. Disamping itu, dalam keluarga terjadi atau hubungan timbal balik di antara para anggotanya, Mahmud (2013). Dengan demikian kewajiban, kewajiban di setiap keluarga khusus orang tua adalah merawat dan memelihara anaknya sebagai genersai penerus dalam keluarga, bila dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan anak merupakan serangkaian yang masih ada keterkaitannya untuk mewujudkan generasi yang baik, dan pendidikan itu memang merupakan sebuah kebutuhan dalam kehidupan manusia

B. Fungsi Keluarga
          Keluarga merupakan unit dasar sosial terkecil di masyarakat yang menentukansuatu kelompok masyarakat menjadi kelompok yang kuat, yang berdampak pula pada suatu bangsa dan negara yang kuat. Dengan kata lain, keluarga merupakan tulang punggung bangsa. Segala aspek kehidupan masyarakat tidak pernah terlepas dari keluarga. Penguatan fungsi-fungsi keluarga diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Setelah keluarga terbentuk, maka masing-masing orang yang ada di dalamnya, memiliki fungsi masing-masing. Suatu kehidupan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga, bisa disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan didalam atau di luar keluarga itu. (Abu Ahmdi, 1981;98). Fungsi disini mengacu pada kegunaan individu dalam sebuah keluarga yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting, sebab dari sinilah kemudian dapat terukur dan terbaca sosok keluarga yang harmonis. Dapat dipastikan bahwa munculnya krisis dalam rumah tangga adalah sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga. Kondisi keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga. Secara psikososiologis keluarga berfungsi sebagai ; 1. pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya, 2. sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis, 3. sumber kasih sayang dan penerimaan, 4. model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, 5. pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat, 6. pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan, 7. pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, 8. stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat, 9. pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan 10. sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah. Sedangkan, Melly Sri (1994;8-13) mengemukakan bahwa, secara sosiologis ada sembilan fungsi keluarga, yaitu sebagai berikut: 1. Fungsi biologis Keluarga sebagai suatu organisme mempunyai fungsi biologis. Fungsi inimemberikan kesempatan hi dup pada setiiap anggotanya. Keluarga disini menjadi tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu, sehingga keluarga memungkinkan dapat hidup di dalamnya , sekurang-kurangnya dapat mempertahankan hidup. Sisi lain dari fungsi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan seksual dan mendapatkan keturunan. 2. Fungsi ekonomi Fungsi ini mempunyai hubungan yang erat dengan fungsi biologis, terutama hubungan memenuhi kebutuhan yang bersifat vegetatif, seperti kebutuhan makan, minum, dan tempat berteduh. Fungsi ekonomis dalam hal ini, menggambarkan bahwa kehidupan keluarga harus dapat mengatur diri dalam mempergunakan sumber-sumber keluarga dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dengan cara yang cukup efektif dan efesien. Fungsi ini menunjukan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis. 3. Fungsi kasih sayang Fungsi ini menekankan bahwa keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya. Sesuai dengan status peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang kuat dan kuat ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Kasih sayang antara suami-istri akan memberikan sinar pada kehidupan keluarga yang diwarnai dalam suasana kehidupan penuh kerukunan,keakraban, kerja keras dalam menghadapi masalah dan persoalan hidup. 4. Fungsi pendidikan Fungsi ini mempunyai hubungan yang erat dengan masalah tanggung jawab orang tua sebagai pendidik pertama dari anak-anaknya. Keluaga sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab pula pada pendidikan orang tua dalam lingkup pendidikan orang dewasa. Dengan perkataan lain keluarga bangkan bertanggung jawab untuk mengembangkan anak-anak., yang dilahirkan dalam keluarga ini untuk berkembang menjadi orang yang diharapakan oleh bangsa, negara dan agamanya. 5. Fungsi perlindungan (proteksi) Fungsi proteksi (perlindungan) dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak serta anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul, baik dari dalam maupun luar kehidupan keluarga. Fungsi ini pun untuk menangkal pengaruh kehidupan yang sesat pada saat sekarang dan pada masa yang akan datang. 6. Fungsi sosialisasi anak Fungsi ini mempunyai pertautan yang erat dengan fungsi yang telah dijelaskan diatas. Dalam hal ini, keluarga mempunyai tugas untuk mengantarkan anak kedalam kehidupan sosial yang lebih luas, untuk mencapai kehidupan ini, anak melalui bantuan dari orang tua harus melatih diri dalam arena pencaturan kehidupan sosial. Dia harus bisa patuh, tetapi juga harus dapat mempertahankan diri. Semua ini hanya dapat dilakukan berdasarkan suatu sistem norma yang di anut dan berlaku dalam masyarakat dimana anak itu hidup. 7. Fungsi rekreasi Dalam kehidupan manusia, rekreasi adalah penting rekreasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang atau anggota keluarga atas dasar pengakuan mereka sendiri. Dalam menjalankan fungsi ini, keluarga harus menjadikan lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, dan ceria, hamgat dan penuh semangat. Keadaaan ini dapat melalui adanya kerjasama diantara anggota keluarga yang diwarnai oleh hubungan insani yang didasari oleh adanya saling mempercayai, saling menghormati dan mengagumi, saling mengerti serta adanya give and take. 8. Fungsi status keluarga Fungsi ini dapat dicapai bila keluarga telah menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi keluarga ini menunjukan pada kadar kedudukan (status) keluarga dibandingkan dengan keluarga lainnya. Dengan perkataan lain, status keluarga dalam kehidupan masyarakat ditentukan oleh orang-orang yang membina keluarga itu. Perjungan untuk mencapai keluarga yang diharapkan sangat ditentukan oleh usaha setiap anggota keluarga dengan masing-masing peranan yang berjalan sebagaimana mestinya. 9. Fungsi agama Fungsi ini sangat erat hubungannya dengan fungsi pendidikan, fungsi sosialisai dan perlindungan Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan agama dan tempat beribadah, yang berusaha serempak berusaha mengembangkan amal soleh.Kebesaran suatu agama perlu didukung oleh besarnya jumlah keluarga yang menjalankan syarat agamanya, bukan jumlah penganutnya saja (Melly S, 1994 : 13).

II. Masalah Dalam Keluarga
     A. Definisi Masalah
            Masalah adalah hambatan yang di hadapi seseorang dalam mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mampu memecahkannya pada saat itu juga dan kemudian dalam kurun waktu tertentu mampu menyelesaikannya karena pengetahuan dan pemikiran tertentu. Pengertian masalah menurut djarwanto adalah masalah adalah suatu hambatan dalam pencapaian tujuan. Menurut Suryabrata masalah merupakan kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what it is). . Prajudi Atmosudirjo berpendapat bahwa, masalah merupakan sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan dan ditentukan untuk dicapai sehingga masalah merupakan rintangan atau tantangan menuju tercapainya sebuah tujuan. Menurut KBBI, masalah ialah sesuatu yang harus diselesaikan Adapun masalah dalam keluarga, setiap keluarga pasti memiliki masalah dalam kehidupan sehari-harinya, baik masalah dari pemimpin keluarga ( ayah-ibu), maupun anggota di dalam suatu keluarga tersebut, Berikut ini adalah faktor –faktor penyebab terjadinya krisis keluarga, yaitu : 1. Kurangnya atau putus komunikasi diantara anggota keluarga terutama ayah dan ibu. Sering ditudinfaktor kesibukan sebagai biang keladi, Dalam keluarga sibuk, dimana ayah dan ibu keduanya bekerja dari pagi hingga sore hari. Mereka tidak punya waktu untuk makn siang bersama, sholat berjamaah, di rumah di mana ayah menjadi imam sedangkan anggota keluarga menjadi jamaah. 2. Sikap egosentrisme Egoisme adalah suatu sikap buruk manusia yang mementingkan dirinya sendiri, sedangkan egosentrisme yaitu sikap yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang di usahakan oleh seseorang dengan segalacara. Pada orang yang seperti ini, orang lain tidaklah penting. Dia mementingkan dirinya sendiri, bagaimana menarik perhatian pihak lain agar mengikutinya minimal memperhatikannya. Akibat sifat egoisme atau egosentrisme ini sering orag tersinggung, dan tidak mau mengikutinya. Misalnya ayah dan ibu bertengkar karena ayah tidak mau membantu mengurus anaknya yang masih kecil yang lagi menangis. 3. Masalah ekonomi Keluarga miskin masih besar jumlah nya di negeri ini. Berbagai cara di usahakan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan tidak terkendali. Terakhir pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) pada tahun 2007 dan 2008. Kemiskinan tidak berdampak terhadap kehidupan keluarga. Jika khidupan emosional suami istri tidak dewasa, maka akan timbul pertengkaran, sebab, isteri banyak menuntut hal-hal diluar makan dan minum. 4. Masalah Kesibukan Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modren di kota-kota. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang. Karena filsafat hidup mereka adalah uang adalah harga diri, dan waktu adalah uang. 5. Masalah Pendidikan Masalah pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya krisis di dalam keluarga. Jika pendidikan agak lumayan pada suami- isteri, maka wawasan kehidupan tentang keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebalikya pada suami isteri yang pendidikannya rendah sering tidak memahami liku-liku keluarga. 6. Masalah perselingkuhan Masalah perselingkuahan tak jarang menjadi perusak suatu kutuhan sebuah keluarga, sehingga keluarga akan menjadi tidak harmonis bahkan dan dapat berujung pada perceraian. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam mendidik, khususnya didalam melindungi dan memenuhi kebutuhan keluarga.

B. Data Masalah kemiskinan
          Dapat dilihat sebagai masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidak-mampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan memiliki arti yang lebih luas dari sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan, akan tetapi kemiskinan memiliki arti yang lebih dalam karena berkaitan dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek di luar pendapatan (non-income factors) seperti akses kebutuhan minimun; kesehatan, pendidikan, air bersih, dan sanitasi. Kompleksitas kemiskinan tidak hanya berhubungan dengan pengertian dan dimensi saja namun berkaitan juga dengan metode yang digunakan untuk mengukur garis kemiskinan. Tulisan ini mencoba memaparkan tentang kemiskinan berdasarkan konsep, model pengukuran dan alternatif model dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Data yang digunakan dalam tulisan ini dari hasil publikasi Badan Pusat Statistik Indodesia (BPS) yaitu bersumber dari hasil publikasi Data dan Informasi Kemiskinan 2008, selain itu juga digunakan data dari hasil Supas tahun 2005. Selama periode tahun 1970-an hingga awal tahun 1990-an Indonesia cukup berhasil menurun- kan tingkat kemiskinan. Menurut World Bank (2006) tercatat pada periode tersebut poverty head count rate di Indonesia turun sampai dengan 28,6 persen. Ketika krisis ekonomi menimpa Indonesia pada pertengahan tahun 1997, angka kemiskinan kembali meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1999 menjadi sebesar 23 persen, kemudian angka tersebut kembali turun menjadi 16 persen pada tahun 2005. Namun demikian tahun 2006 angka kemiskinan kembali meningkat sebesar 1,75 persen sehingga menjadi 17,75 persen. Salah satu pemicu kenaikan angka kemiskinan ini adalah naiknya harga beras sebagai akibat dari larangan impor. Kemudian, pada awal bulan Juli 2007 BPS mengumumkan bahwa jumlah penduduk miskin hingga Maret 2007 turun sebanyak 2,13 juta orang, sehingga secara total jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan sebanyak 37,17 juta orang atau sekitar 16,58 persen dari jumlah penduduk. Terakhir masalah kemiskinan keluarga di Indonesia menurut data BPS, Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 8,16 persen, naik menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada September 2014 menjadi 14,21 persen pada Maret 2015. Selama periode September 2014–Maret 2015, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015), sementara di daerah perdesaan naik sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September 2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015).

III. Pendidikan Anak Dalam Keluarga
      A. Pengertian Anak Dalam Keluarga
         Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota keluarganya. Yang mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan kepribadian anak-anaknya dan memenuhi emosional anggota keluarga yang telah dewasa. Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia ini, secara kodrat bertugas mendidik. Sejak kecil anak hidup, tumbuh dan berkembang didalam keluarga. Seluruh keluarga itu yang mula-mula mengisi kepribadian anak. Orang tua secara tidak direncanakan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang dan pengaruh-pengaruh lain yang diterimanya dalam masyarakat. Anak menerima dengan daya penirunya dengan senang hati, sekalipun ia tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan pendidikan itu. Kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diinginkan untuk dapat dilakukan oleh anak ditanamkan benar-benar sehingga seakan-akan kebiasaan tersebut tidak boleh tidak dilakukan oleh anak. Dengan demikian sianak akan membawa kemanapun juga pengaruh keluarganya tersebut, sekalipun ia sudah dapat mulai berpikir lebih jauh lagi. Tentu saja peran ayah dan ibu sangat menentukan, mereka berdua yang memegang tanggung jawab seluruh anggota keluarga. Merekalah yang menentukan kemana keluarga itu akan dibawa, warna apa yang akan diberikan dan isi apa yang akan diberikan kepada keluarganya. Pendidikan dalam keluarga kalau dilihat dari segi struktural adalah merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar karena keluarga, merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat menciptakan kondisi yang dapat menumbuh kembangkan inisiatif, kreatifitas, kehendak, emosi, tanggung jawab, keterampilan dan kegiatan lainnya sesuai dengan yang ada dalam. keluarga. Pendidikan keluarga, kalau dilihat dari operasionalnya adalah sebagai pendorong dan pemberi semangat terhadap anakanya (Fuad Ihsan, 1997:17). Pendidikan pada keluarga umumnya bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan situasi pendidikan. Situasi pendidikan ini terwujud jika adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak (Zakiyah Darajat, 992:35). Pendidikan dalam keluarga merupakan tahap awal dalam upaya, pembentukan kepribadian tersebut, karena lingkungan pertama bagi anak-anak adalah keluarga dan dikeluargalah anak medapat bimbingan dan pembinaan bagi segala, macam fungsi jiwanya, sehingga keluarga terpikul kewajiban untuk membimbing dan mendidik anak-anak. Dari definisi keluarga di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak keluarga adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga, atau proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

B. Tujuan Pendidikan Anak Dalam Keluarga
           Tujuan adalah sesuatu yang akan dituju atau akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Dalam kaitannya dengan pendidikan maka menjadi suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha dalam kaitannya dengan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha. Pendapat mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana individu itu hidu Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang menjadi tujuan pendidikan dalam keluarga, ialah Anak dan anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya untuk menjadi seseorang yang mandiri dalam masyarakatnya dan dapat menjadi insan produktif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya itu. Kemudian setiap anggota keluarga berkembang menjadi orang dewasa yang mengerti tindak budaya bangsanya dan menjadi seorang yang berguna bagi masyarakat. .Jadi, yang dimaksud dengan tujuan pendidikan anak dalam keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama. Latar belakang sosial ekonomi dan budaya keluarga, keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, intensitas hubungan anak dengan orang tua akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Keberhasilan anak di sekolah secara empirik sangat dipengaruhi oleh besarnya dukungan orang tua dan keluarga dalam membimbing anak.

C. Analisis Permasalahan Anak Keluarga Miskin
           Kebahagiaan sebuah keluarga berawal dari adanya komitmen masing-masing anggota keluarga untuk saling membahagiakan. Orangtua perlu memberikan contoh pada anaknya untuk saling memberikan kesenangan baik berupa pola asuh yang di terapkan maupun kebutuhan dalam keluarga, komitmen ini dapat dipandang sebagai fondasi awal untuk membangun pendidikan dalam keluarga (moeslim, 2006:3-4). Perkembangan ekonomi global saat ini mendorong masyarakat untuk dapat lebih berkualitas untuk memperoleh kehidupan yang layak, pendidikan adalah modal awal yang harus dimiliki oleh setiap individu di masyarakat. Salah satu contoh golongan masyarakat bawah yang tidak memperoleh pendidikan adalah keluarga buruh yang tidak memperoleh pendidikan yang mencukupi. Hal ini berpengaruh pada pendidikan yang didapat oleh anak dalam keluarga buruh ersebuti, dimana banyak dari orangtua dari keluarga buruh yang ternyata masih mempunyai kepedulian terhadap pendidikan anak walaupun dengan keadaan ekonomi yang sulit. Anak sebagai anggota keluarga yang memperoleh pendidikan oleh orangtua juga dipekerjakan untuk membantu kehidupan ekonomi, sehingga mempengaruhi tingkah laku, kecerdasan emosional, sampai kecerdasan otak anak. Di sini peran orangtua dalam mendidik anak dalam keluarga diperlukan agar anak dapat memeroleh pendidikan sebagai penunjang pendidikan formal. Dengan demikian kebutuhan akan pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan keluarga buruh tersebut. Anak juga sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu mendapatkan pendidikan yang layak, pendidikan sebagai bekal yang berguna bagi masa depannya. Anak mempunyai nilai bagi keluarga (orangtua) yaitu menyangkut nilai ekonomi, psikologis, religius, dan sosial. Sebagai orangtua yang bertanggungjawab dalam kebutuhan tentu akan memberikan yang terbaik, tidak hanya melahirkan, memberi makan, tetapi juga menyekolahkan. Tetapi tidak semua anak dapat melanjutkan sekolah karena kondisi ekonomi yang tidak mampu, yang kemudian para orangtua timbul persepsi bahwa kaitannya dengan pekerjaan dan menganggap pendidikan tidak Profil pendidikan anak pada keluarga miskin dipengaruhi oleh status sosial ekonomi keluarga, keutuhan keluarga, dan sikap serta kebiasaan orangtua dalam keluarga. Proses pendidikan anak yang perlu ditanamkan para orangtua adalah menanamkan norma agama, memberikan motivasi untuk menentukan keberhasilan anak dalam pendidikan, adanya proses sosialisasi agar anak memperoleh pengembangan pribadi, sikap dan tingkah laku, nilai-nilai, pengalaman hidup, pengetahuan, serta keterampilan melalui interaksi sosial yang berlangsung setiap hari antar anggota keluarga. Analisis permasalahan anak dalam keluarga miskin, karna orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga, anak sering dilibatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga keluarga. Kesadaran akan kemiskinan akan dirasakan ketika memban-dingkan kehidupan yang sedang dijalani dengan kehidupan orang lain yang tergolong mempunyai tingkat kehidupan ekonomi lebih tinggi. Hal ini menyulitkan pemerintah ketika akan menentukan penduduk miskin, karena mereka (penduduk) sendiri tidak sadar akan kemiskinannya.

D. Pengaruh Masalah Kemiskinan Keluarga Terhadap Pendidikan Anak       
     Dalam Keluarga
        Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi manusia. Masalah kemiskinan memang sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi permasalahan-nya dapat melibatkan berbagai segi kehidupan manusia. Dengan kata lain bahwa kemiskinan ini merupa-kan masalah sosial yang sifatnya mendunia, artinya masalah kemis-kinan sudah menjadi perhatian dunia, dan masalah tersebut ada di semua negara, walaupun dampak dari kemiskinan berbeda- beda. Walaupun begitu, kadang-kadang kemiskinan sering tidak disadari kehadirannya sebagai masalah oleh manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong miskin, kemiskinan adalah sesuatu yang nyata ada dalam kehidupan mereka sehari- hari karena mereka merasakan hidup dalam kemiskinan. Meskipun demikian belum tentu mereka sadar akan kemiskinan yang mereka jalani. Pengaruh masalah kemiskinan keluarga dan pendidikan anak dalam keluarga Menurut BPS (2012), rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu bangunan serta pengelolaan makan dari satu dapur. Satu rumah tangga dapat terdiri dari hanya satu anggota rumah tangga atau lebih. Kepala Rumah Tangga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari, atau yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala, Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, termasuk anak. Dampak kemiskinan pada rumah tangga akan menghantam semua anggotanya, dan akan menimbulkan dampak hebat pada anak. Hal ini disebabkan karena anak memiliki ketidakmampuan untuk bertahan terhadap efek buruk kemiskinan rumah tangga. IV. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini dalam Keluarga Miskin

A. Pengertian perkembangan
        Menurut ahli perkembangan Paul Baltes, perspektif masa hidup (life-span perspective) memandang bahwa perkembangan manusia berlangsung seumur hidup, multi dimensi, multi arah, plastis, multi disiplin Menurut Werner dalam Sofyan, pengertian perkembangan menunjuk pada sustu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat di ulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Berkaitan dengan perkembangan anak usia dini, berikut ini akan dikemukakan definisi perkembangan menurut Lerner, Perkembangan anak berlangsung sejak terjadi konsepsi (masih dalam kandungan) sampai akhir hayat. Pandangan ini diperoleh oleh Lerner and Hultsch yang dikatakan perkembangan manusia sesungguhnya berlangsung sepanjang kehidupan, mulai dari saat konsepsi sampai dengan saat kematian. Perkembangan manusia itu perubahan yang berkesinambungan, yang terjadi secara berangsur-angsur tetapi dapat tetapi dapat pula terjadi secara tiba-tiba dan yang menyebabkan suatu kesinambungan, dan perubahan yang terjadi dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Adapun pengertian perkembangan motorik pada anak usia dini, yaitu. Kemampuan fisik motorik rnerupakan salah satu proses tumbuh kembang yang harus dilaiui dalam kehidupan anak. Salah satu proses kernampuan motorik anak adalah kemampuan rnotorik kasar. Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan anak yang berkailan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh ketrampilan otot-otot besar seperti: berdiri, berjalan, berlari dan melompat. Kemampuan tersebut berkembang sejaian dengan pertambahan usia dan kernatangan saraf serta otot-otot anak. Pada anak usia 12-18 bulan kemampuan motorik kasar lebih terfihat sebab pada usia tersebut anak lebih banyak bereksplorasi dengan gerakan-gerakan Di masa anak-anak khususnya pada rnasa tiga tahun pertarna, kualitas kemampuan motorik kasar anak dipengaruhi oleh beberapa aspek kehidupan antara lain aspek kesehatan, inteiektualitas, prestasi, dan produktivitas. Masa tenebut rnerupakan masa 'rawan', karena gangguan yang tejadi pada masa ini dapat rnenyebabkan efek yang rnenetap setelah dewasa. Anak yang mengalami gangguan kemampuan rnotorik kasar pada masa ini selanjutnya dapat rnengalami gangguan tumbuh kembang. Untuk dapat melakukan proses tumbuh kembang, tubuh mernerlukan zat gizi terutama energi dan protein yang digunakan selain untuk mempertahankan jaringan tubuh juga untuk tumbuh. Zat gizi enegi dibutuhkan oleh tubuh untuk memperlahankan jaringan tubuh dan untuk melakukan aktifitas baik secara fisik maupun mental. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan laju perkembangan motorik pada anak yang diberi suplementasi tinggi energi dan zat gizi mikro.

B. Indikator Perkembangan Fisik Mtorik Anak
            Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age), yang pada masa ini stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Perlu disadari bahwa masa-masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan. Mengingat pentingnya masa ini, maka peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada di sekitar anak, sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya. Potensi yang dimaksud meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni. Pendidikan anak usia dini diberikan pada awal kehidupan anak untuk dapat berkembang secara optimal. Atas dasar hal tersebut di atas, maka perlu diketaui standar isi bagi anak usia dini yang dikembangkan berdasarkan karakteristik perkembangan anak agar dapat digunakan oleh para pendidik anak usia dini dalam mengembangkan seluruh potensi anak yang menyangkut perkembangan fisik motorik anak, yaitu sebagai berikut : Standar perkembangan, perkembangan dasar fisik motorik dan indikator lahir s.d 6 tahun : ASPEK PERKEMBANGAN STANDAR PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN DASAR INDIKATOR LAHIR – 1 TAHUN: FISIK/MOTORIK Anak mampu menggerakkan tangan, lengan, kaki, kepala, dan badan. Dapat menunjukkan gerakan tangan melalui reflek sederhana Meraih sebuah benda. Melempar benda yang dipegang. Memainkan jari-jari tangan dan kaki Menarik benda-benda di sekitarnya Meremas-remas kertas Memegang benda atau mainan Mulai memainkan botol saat minum susu Merobek kertas dengan tangan. USIA 1 – 2 TAHUN FISIK/MOTORIK Anak mampu menggerakkan anggota tubuhnya Dapat menggerakkan anggota tubuh untuk melatih otot tangan Memegang benda-benda ukuran kecil dengan jari-jari tangan telunjuk dan jempol Membuat coretan tidak beraturan dengan menggunakan pinsil/spidol/ krayon Merobek kertas dengan jari-jari tangan Menggerakkan jari-jari tangan Melempar bola ke arah tertentu Menyusun benda tanpa beraturan. Mulai belajar makan sendiri Meraup biji-bijian Memasukkan biji-bijian ke kotak/wadah Mulai belajar menangkap bola USIA 2-3 TAHUN FISIK /MOTORIK Anak mampu melakukan gerak dasar sederha Anak mampu menunjukan kontrol dan koordinasi antara tangan dan mata anak mampu menunjukkan kesehatan fisik dan kebersihan dirinya secara sederhana Dapat melakukan gerakan di tempat (tidak berpindah) Dapat melakukan gerak berpindah tempat Dapat memainkan benda menggunakan tangan atau kaki Dapat melakukan koordinasi mata dan jari-jari untuk kelenturan otot menjaga kesehatan fisik diri sendiri menjaga kebersihan dirinya Meniru gerakan senam sederhana Mengekspresikan diri lewat seni musik, dengan berbagai gerakan. Berjalan dengan kontrol yang baik Berlari lurus kedepan. Melompat turun dari ketinggian 10-20 cm dengan dua kaki Merayap dan merangkak lurus ke depan Menghindari rintangan ketika berjalan Melompat ke depan dengan dua kaki bersama-sama Menirukan gerakan binatang dan tanaman Naik turun tangga dengan berpegangan Menggulirkan bola dengan satu/dua tangan Melempar bola dengan satu atau dua tangan Memasukkan bola ke dalam keranjang Menangkap bola besar yang dilambungkan dengan dua tangan Menendang bola Memegang benda dengan benar Mengaduk cairan dengan berbagai alat Menuang (air, beras, biji-bijian) Meraup pasir, biji-bijian, beras Merobek dengan jari Menggunakan lima jari untuk meremas-remas sesuatu Menggunakan dua jari untuk memegang sesuatu Melipat kertas tak beraturan Menggunting kertas tak beraturan Menggunakan kuas,spidol dan krayon untuk mencoret-coret bebas Meronce dengan manik-manik yang besar Membedakan permukaan benda melalui perabaan Mau makan makanan yang bergizi Menutup mulut ketika batuk atau menguap Menggosok gigi sendiri (dengan pengawasan) Mandi pada waktunya Makan sendiri dengan dibantu Mau cuci tangan sebelum dan sesudah makan USIA 3-4 TAHUN FISIK MOTORIK USIA 4-5 TAHUN FISIK MOTORIK Anak mampu melakukan keterampilan gerak dasar secara sederhana dengan koordinasi yang lebih baik Melakukan rutinitas kesehatan diri sendiri Anak mampu menunjukkan kesehatan fisik dan kebersihan dirinya Anak mampu melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi,untuk kelenturan, kelincahan, dan keseimbangan Dapat melakukan gerak di tempat dengan koordinasi yang lebih baiK Dapat melakukan gerak berpindah tempat dengan koordinasi yang lebih baik Dapat melakukan koordinasi mata-tangan dalam rangka kelenturan, kelincahan dan kekuatan Melakukan rutinitas kesehatan diri sendiri melakukan rutinitas kebersihan dirinya Dapat melakukan gerakan di tempat (gerak dasar non lokomotor) Dapat melakukan gerak berpindah tempat sederhana (gerak dasar wlokomotor) Dapat melakukan gerakan jari tangan untuk kelenturan otot (Motorik halus) Dapat melakukan koordinasi mata-tanga Melakukan senam Meniru gerakan binatang, pohon dan benda-benda di sekitar Berayun/bergelantungan dengan dua tangaS Berdiri dengan mengangkat satu kaki Berjalan dengan koordinasi gerak yang baik. Naik turun tangga tanpa berpegangan Mendorong, menarik, dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga Melompat turun dari ketinggian 10-20 cm Memanjat dengan berpegangan Berjingkat (berjalan bertumpu pada ujung kaki) Berjalan dengan berbagai variasi seperti berjalan lurus, zigzag,dll. Menangkap bola dengan dua tangan Memasukkan bola ke dalam keranjang dari jarak tertentu. Membuka/menutup botol Memegang benda dengan benar Memegang benda dengan telunjuk dan ibu jari Mengaduk cairan dengan berbagai alat Menuang (air, biji-bijian) tanpa tumpah Menggunakan jepitan untuk menjepit sesuatu Melukis dengan jari Menggunakan kuas, spidol, dan krayon untuk mencoret Mengambil dan mengembalikan benda dengan benar Membuat berbagai bentuk dengan playdough/plastisin/tanah liat Meremas kertas untuk dijadikan bola Melipat kertas menjadi dua lipatan secara sederhana Menjiplak garis horizontal dan vertikal Menjahit pola sederhana dengan lubang yang besar Meronce dengan manik-manik yang besar Menggunting bentuk garis lurus Memakai pakaian dan mengancingkannya sendiri dengan bantuan Membuka dan menutup resleting Memakai sepatu dengan bantuan Memilih makanan dan minuman sehat Menggosok gigi dengan benar sesuai waktuknya dengan bantuan Mandi tepat waktu dengan bantuan Makan sendiri tepat waktu Mau melakukan cuci rambut, membersihkan telinga dan memotong kuku secara teratur dengan bantuan Memutar dan mengayunkan lengan Meliukkan tubuh Membungkukkan badan Senam fatansi bentuk meniru (misal: menirukan berbagai gerakan hewan, menirukan gerakan tanaman, yang terkena angin sepoi-sepoi, angin kencang dan kencang sekali dengan lincah. Berjalan ke berbagai arah dengan berbagai cara, misalnya; berjalan maju di atas garis lurus, berjalan di atas papan titian, berjalan ke depan dengan tumit, berjalan ke depan jinjit (angkat tumit), berjalan mundur Melompat ke berbagai arah dengan satu atau dua kaki Meloncat dari ketinggian 20-30 cm Memanjat, bergelantung, dan berayun Berdiri dengan tumit Berlari kemudian melompat dengan seimbang tanpa jatuh Berlari dengan berbagai variasi (menyamping, ke depan dan ke belakang) Merayap dengan berbagai variasi Merangkak dengan berbagai variasi Menaiki benda beroda (Contoh: menaiki sepeda roda dua dengan bantuan roda kecil dua Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin, playdough/tanah liat Meremas kertas/korang meremas parutan kelapa dll. Menjiplak dan meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung, dan lingkaran Meniru melipat kertas sedehana (1-4 lipatan) Merekat/menempel Menyusun berbagai bentuk dengan balok Memegang pensil (belum sempurna) Meronce dengan manik-manik Mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan. Misal makan, mandi, menyisir rambut, mencuci, menggosok/membersihkan sepatu, mengikat tali sepatu, mengkancing kan baju, membuka risleting jaket, dll. Menggunting sesuai bentuk melingkar, zigzag, dll. Menjahit jelujur 10 lobang dengan tali sepatu Melambungkan dan menangkap objek (bola besar) Memantulkan bola besar pada posisi diam di tempat Memantulkan objek (bola besar) sambil berjalan/bergerak USIA 5-6 TAHUN FISIK MOTORIK Anak mampu melakukan gerakan tubuh fisik secara terkoordinasi, untuk kelunturan sebagai keseimbangan dan kelincahan Dapat melakukan gerakan di tempat (motorik kasar) Dapat melakukan gerak berpindah tempat sederhana (motorik kasar) emutar dan mengayunkan lenganMeliukkan tubuh Membungkukkan badan Senam fantasi bentuk meniru. Misal: Menirukan berbagai gerakan hewan, menirukan gerakan tanaman, yang terkena angin (sepoi-sepoi dan angin kencang dan kencang sekali) dengan lincah Berjalan ke berbagai arah dengan berbagai cara, misalnya: berjalan maju di atas garis lurus, berjalan di atas papan titian, berjalan ke depan dengan tumit, berjalan ke depan jinjit, berjalan mundur. Melompat ke berbagai arah dengan satu atau dua kaki. Meloncat dari ketinggian 30 - 40 cm. Memanjat, bergelantung, dan berayun. Berdiri dengan tumit, berdiri di atas satu kaki dengan seimbang. Berlari sambil melompat dengan seimbang tanpa jatuH Dari tabel indikator di atas, dalam masalah kemiskinan keluarga terutama dalam memenuhi kebutuhan gizi anak, keluarga miskin sangat sulit untuk dapat mengembangkan aspek fisik motorik, karna dalam memenuhi kebutuhan keluarga miskin sering kali tidak memperdulikan tentang perkembangan anak, akibatnya anak jarang bahkan tidak dapat merasakan asupan gizi yang sesuai dan yang akan sangat berdampak pada perkembangan selanjutnya.

C. Analisis Perkembangan Anak Berdasarkan Kemiskinan Keluarga
     Dari paparan diatas masalah kemiskinan keluarga dalam mengembangkan perkembangan fisik anak terhambat karna masalah penghasilan atau pendapatan orang tua yang sering tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan anak. Terutama kebutuhan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak diantaranya adalah faktor gizi, kesehatan dan pengasuhan (caring) yang terkait satu sama lain. Hasil studi Zeitlin (2000) menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan baik akan memiliki tingkat perkembangan yang baik. Demikian juga anak yang memiliki status gizi baik akan memiliki tingkat perkembangan yang baik (Grantham Mc-Gregor 1995). Pertumbuhan anak dalam kemiskinan keluarga sangat berdampak buruk pada aspek fisik motorik anak, karna dalam pemenuhan kebutuhan anak dapat tidak terpenuhi, sehingga anak akan mengalami dampak gizi buruk pada organ tubuhnya yang membuat perkembangan terutama fisik motorik anak akan terhambat. Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh, sehingga memerlukan zat makanan yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan setelah menjadi manusia dewasa, sangat tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu usia dini. Pertumbuhan otak yang menentukan tingkat kecerdasan setelah menjadi dewasa, sangat ditentukan oleh pertumbuhan waktu usia dini. Kekurangan gizi pada fase pertumbuhan akan menghasilkan manusia dewasa dengan kualitas SDM rendah. Jadi anak usia dini haruslah diberi jatah utama dalam distribusi makanan keluarga, bukan mendapat sisa-sisa konsumsi keluarga (Sedioetama, 2000). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki (Hadi, 2005). Status gizi seseorang ditentukan oleh kuantitas, kualitas, dan ragam pangan yang dikonsumsi oleh orang tersebut karena tiap-tiap jenis pangan mempunyai kandungan zat gizi yang berbeda-beda, baik kandungan zat gizi makro seperti energi dan protein, maupun zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya dalam masalah perkembagan anak daam kemiskinan keluarga, orang tua sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan anak. Baik secara falisitas pembelajaran maupun asupan gizi yang tidak sesuai maupun seimbang, akibat dari masalah ini perkembangan fisik motorik anak akan terhambat, dan anak secara fisik tidak dapat berkembang dengan baik.

D. Pengaruh Masalah Keluarga dan Pendidikan Anak Dalam Keluarga
      terhadap perkembangan anak .
           Pengaruh dalam masalah kemiskinan keluarga terhadap pendidikan anak dalam keluarga sangat memprihatinkan, karna di samping orang tua sulit memenuhi kebutuhan keluarga, baik fasilitas maupun kebutuhan pokok anak juga sulit untuk mendapatkan pendidikan yang layak untuk diterimanya. Kebanyakan dalam masyarakat keluarga miskin ialah tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anggotanya (anak-anaknya), sering melibatkan anak untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan dalam keluarga. Permasalahan perkembangan aspek anak dalam keluarga miskin sangat terhambat dikarenakan orangtua yang tidak memahami tentang pentingnya pendidikan dan asupan gizi yang layak dan seimbang bagi anak. V. Strategi Keluarga Untuk Mengoptimalkan Pendidikan Anak Secara umum, ayah dan ibu memiliki peran yang sama dalam pengasuhan anak-anaknya. Namun ada sedikit perbedaan sentuhan dari apa yang ditampilkan oleh ayah dan ibu (Verauli, 2009). a. Peran ibu 1. Menumbuhkan perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melalui interaksi yang jauh melibatkan sentuhan fisik dan kasih sayang. 2. Menumbuhkan kemampuan berbahasa pada anak melalui kegiatan-kegiatan bercerita dan mendongeng, serta melalui kegiatan yang lebih dekat dengan anak, yakni berbicara dari hati ke hati kepada anak. 3. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin perempuan, tentang bagaimana harus bertindak sebagai perempuan, dan apa yang diharapkan oleh lingkungan sosial dari seorang perempuan. b. Peran ayah 1. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompeten pada anak melalui kegiatan bermain yang lebih kasar dan melibatkan fisik baik di dalam maupun di luar ruang. 2. Menumbuhkan kebutuhan akan hasrat berprestasi pada anak melalui kegiatan mengenalkan anak tentang berbagai kisah tentang cita-cita. 3. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin laki-laki, tentang bagaimana harus bertindak sebagai laki-laki, dan apa yang diharapkan oleh lingkungan sosial dari laki-laki. Peran orangtua dalam pengasuhan anak berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan anak. Karenanya, diharapkan orangtua bisa memahami fase-fase perkembangan anak dan mengimbanginya. Menurut pakar psikologi perkembangan Jean Piaget, anak perlu melakukan aksi tertentu atas lingkungannya untuk dapat mengembangkan cara pandang yang kompleks dan cerdas atas setiap pengalamannya. Sudah menjadi tugas orangtua untuk memberi anak pengalaman yang dibutuhkan anak agar kecerdasannya berkembang sempurna (Verauli, 2009). Metode yang cocok bagi masalah kemiskinan keluarga Iialah menerapkan pola asuh kepada anak dengan pola asah: Pola asuh authoritative, yaitu pola asuh yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri namun tetap menerapkan berbagai batasan yang akan mengontrol perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling menerima, mendengarkan dan didengarkan. Pola ini lebih memusatkan perhatian pada aspek pendidikan daripada aspek hukuman, orangtua memberikan peraturan yang luas serta memberikan penjelasan tentang sebab diberikannya hukuman serta imbalan tersebut. Authoritative mengandung demanding dan responsive dicirikan dengan adanya tuntutan dari orang tua yang disertai dengan komunikasi terbuka antara orangtua dan anak, mengharapkan kematangan perilaku pada anak disertai dengan adanya kehangatan dari orangtua. Jadi penerapan pola asuh authoritatif dapat memberikan keleluasaan anak untuk menyampaikan segala persoalan yang dialaminya tanpa ada perasaan takut, keleluasaan yang diberikan orangtua tidak bersifat mutlak akan tetapi adanya kontrol dan pembatasan berdasarkan norma-norma yang ada (Baumrind, 1971 dalam Berk, 2000). Menurut Stewart dan Koch (1983) menyatakan ciri-cirinya adalah: 1. Bahwa orangtua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orangtua dan anak. 2. Secara bertahap orangtua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. 3. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. 4. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
        Dari permasalahan kemiskinan keluarga dapat disimpulkan bahwa sangat berpengaruh terhadap pendidikan dan aspek perkembangan anak terutama fisik motorik. Didalam masalah keluarga miskin masih sangat rendahnya pemahaman tentang arti pentingnya pendidikan sehingga anak sering dilibatkan untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemiskinan keluarga juga sangat mempengaruhi asupan gizi yang sesuai untuk diasumsikan kepada anak, sehingga tak jarang dalam keluarga miskin sering terjadinya asupan gizi yang rendah.
B. Saran
          Tindakan yang perlu dilakukan orang tua dalam masalah keluarga miskin untuk dapat mengoptimalkan perkembangan adalah dengan cara bekerja keras untuk mengatasi kemiskinan yang menimpa dalam keluarga tersebut, dan mencari pekerjaan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saran yang lebih penting dapat membantu untuk masalah kemiskinan dalam keluarga ialah kepada pemeritah setempat utuk dapat menciptakan tenaga kerja yang luas, sehingga tinggkat penggangguran akan berkurang, dan masalah pendidikan dan asupan yang tidak layak bagi keluarga miskin dapat teratasi dengan adanya pekerjaan yang sesuai tuntuttan hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

(BPS) Badan Pusat Statistik (2015) Jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi. Jakarta: BPS.
Yacoub,Yarlina (2008) Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Eksos
Samosir, Agunan P.(2011) analisis efektivitas pelaksanaan program keluarga harapan 2011. Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 2 / 2013
Hidayat Pusponegoro, (2011). Kemiskinan anak usia kurang dari lima tahun pada rumah tangga dengan rata-rata pengeluaran yang terletak pada kuantil pertama tahun 2008-2010 di indonesia. Jurnal
Vita,Kartikaka,(dkk). (2012).faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorlk anak usla 12 - 18 bulan dl keluarga mlskln dan tldak mlskln.Jurnal
BC. Rosha; dkk.(2012).analisis determinan stunting anak 0-23 bulan pada daerah miskin di jawa tengah dan jawa timur (determinant analysis of stunting children aged 0-23 months in poor areas in central and east java).Jurnal
Nurwati,Nunung.(2012).Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi Pekerja Anak dalam Membantu Keluarga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Juli 2008 : 112 – 121
Usmaliadanti, Christina. 2011. Analisis pengaruh tingkat kemiskinan, pengeluaran pemerintah sekor pendidikan dan kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di provinsi jawa tengah tahun 2007-2009.SKRIPSI
Ismail, Rahmah (dkk).2015. Pengaruh latar belakang keluarga terhadap upah dan kadar pulangan persekolahan anak.Jurnal.
Amidha,(dkk).(2012). profil pendidikan keluarga miskin (studi pada keluarga buruh di perkebunan teh pagilaran). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc
Nuraini, Febritesna.(2011). Mengembangkan pendidikan nilai budi pekerti pada pendidikan anak usia dini (paud) (mengedepankan kearifan budaya lokal).Jurnal
Hasmiah,Mustamin.(2010).faktor-faktor pengaruh tingkat pendidikan anak di pemukiman kumuh kota makassar. Jurnal Badan penelitian dan pengembangan provinsi sumatera utara medan 2011.
Mahayanti, ira. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perceraian keluarga usia produktif menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 dan kompilasi hukum islam (Studi Kasus di Desa Dasan Tereng Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat).jurnal ilmiah
Mahmud (dkk).2013. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga. Jakarta, indeks Saroni, Muhammad.2013.Pendidikan untuk orang miskin. Jogyakarta
.Ar-ruzz Media Mudjiono(dkk).2013.Belajar & Pembelajaran.Jakarta. PT. Rinea Cipta